KOMUNIKASI EFEKTIF, KUNCI SUKSES SEORANG
PENYULUH PERTANIAN
LATAR BELAKANG
Penyuluhan pertanian dapat dimaknai sebagai kegiatan penyampaian informasi kepada orang lain, dengan harapan orang tersebut mau berubah perilakunya dan mau melaksanakan informasi yang disampaikan itu. Nyata bahwa seseorang dapat berubah perilakunya setelah berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Untuk pemahaman seperti ini akan dibahas dalam tulisan berikut, terutama pola komunikasi yang seharusnya dilakukan seorang penyuluh sehingga sasaran penyuluhan (petani) yang saat ini kondisinya beragam dan tersebar di berbagai pelosok dapat tercerahkan pola pikirnya dan berubah perilakunya.
Belajar dari pengalaman, fenomena di lapangan masih menggambarkan lemahnya proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian dilihat dari dampak yang ada. Tentang hal ini, Purwanto (2009) menyampaikan bahwa ada empat masalah yang menghambat komunikasi dalam penyuluhan pertanian, baik oleh pengirim pesan (penyuluh pertanian) dan penerima pesan (petani). Empat faktor tersebut adalah: (a) masalah dalam penyampaian pesan; (b) masalah dalam pengembangan pesan; (c) masalah dalam menerima pesan; dan (d) masalah dalam menafsirkan pesan.
KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Secara umum, komunikasi diartikan sebagai “proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima” (Mardikanto, 2009). Dalam penyuluhan pertanian, proses komunikasi tidak hanya terhenti setelah pesan disampaikan kepada petani. Sebab setelah menerima pesan, petani akan memberi tanggapan kepada penyuluh sehingga proses komunikasi terus berlangsung, dimana penyuluh dan petani akan saling berganti peran.
Oleh karena itu, model komunikasi dalam penyuluhan pertanian tidak lagi bersifat garis lurus (linier), tetapi bersifat memusat (convergence). Model komunikasi seperti ini dijelaskan oleh Kincaid (dalam Mardikanto, 1992) sebagai berikut: komunikasi memusat harus ada tiga komponen dasar yang saling berinteraksi, yaitu realitas fisik, realitas psikologis dan realitas sosial sebagaimana disajikan pada gambar berikut.
Gambar. Komponen Dasar Model Komunikasi Memusat
Sejalan hal di atas, Soemardjo (1999) menyimpulkan hasil dari penelitiannya bahwa komunikasi memusat terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap mutu penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh untuk memandirikan petani. Dengan kata lain, proses penyuluhan partisipatip yang dibarengi dengan proses komunikasi memusat merupakan metoda yang layak dikembangkan.
Adapun tujuan komunikasi dalam penyuluhan paling tidak ada tiga, yaitu: (a) informatif, memberikan informasi; (b)persuasive, membujuk; dan (c) intertainment, memberikan hiburan. Demikian halnya dalam penyuluhan, selalu mengandung ketiga macam tujuan meskipun dengan kadar yang tidak selalu sama. Seyogyanya dalam penyuluhan pertanian kadar informasi tentu lebih tinggi karena tujuan penyuluhan adalah mendidik, artinya mempengaruhi orang agar tahu dan mau menerima informasi serta melaksanakan informasi tersebut dengan perasaan senang.
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Menurut Tubbs dan Moss (1996), komunikasi dikatakan efektif apabila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Sehubungan dengan ini, Cooley (dalam Tubbs, 1996) memberikan acuan kepada penyuluh pertanian untuk meningkatkan efektivitas komunikasinya. Ada lima acuan yang diberikan, yaitu: (a) upayakan ada kepentingan yang sama (overlaping of interest) antara penyuluh dan petani; (b) pesan yang disampaikan merupakan pemecahan masalah yang dihadapi petani; (c) penyuluh meyakini keunggulan pesan yang akan disampaikan; dan (d) pesan yang disampaikan selalu mengacu pada kepuasan dan perbaikan mutu hidup petani.
Selanjutnya untuk mengembangkan esensi komunikasi, Yogasuria (2010) menjelaskan bahwa seorang Penyuluh Pertanian harus mampu menerapkan Lima Sikap Komunikasi Efektif yang dirangkum dalam kata R-E-A-C-H(merengkuh/meraih), sebagai berikut:
- Respect, adalah sikap menghargai individu-individu petani yang menjadi sasaran penyuluhan dengan cara meng-orang-kannya.
- Empathy, adalah kemampuan penyuluh untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi seperti yang dihadapi petani. Syarat utama memiliki sikap empathy adalah respect atau kemampuan untuk menghargai orang lain. Dengan menghargai dan memahami orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun komunikasi.
- Audible, maknanya adalah pesan yang kita sampaikan didengarkan atau dimengerti dengan baik. Ungkapan ini mengacu penyuluh untuk mampu menggunakan berbagai media atau alat bantu penyuluhan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh petani.
- Clarity, selain pesan dapat dimengerti juga ada kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran dapat menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
- Humble, adalah sikap rendah hati. Sikap ini terkait dengan sikap pertama yaitu rasa menghargai orang lain. Untuk mampu menghargai orang lain biasanya didasari oleh sikap rendah hati, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut, penuh pengendalian diri, dan selalu mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang dibangun atas dasar Lima Sikap Komunikasi Efektif tersebut, maka penyuluh akan menjadi seorang komunikator yang handal dan mampu membangun jaringan kerja dengan orang lain yang dilandasi dengan saling menghargai, saling menguntungkan dan saling menguatkan.
PENUTUP
Setelah membahas komunikasi efektif bagi penyuluh pertanian, sebagai penutup disinggung tentang isi pesan penyuluhan. Isi pesan adalah bahan yang telah dipilih oleh penyuluh untuk mengekspresikan tujuan penyuluhan. Isi pesan berupa informasi tentang penyuluhan, yang biasanya didasarkan atas kebutuhan petani. Contoh isi pesan dalam komunikasi pertanian dapat berupa informasi tentang: peningkatan produksi pertanian, perlakuan pascapanen yang baik, teknologi yang baru harus diterapkan petani, kerjasama dalam kelompoktani, peningkatan pendapatan rumah tangga petani, partisipasi dalam kegiatan di perdesaan dan sebagainya (Sukartawi, 1988).
Hal yang perlu diingat bahwa keberhasilan dalam komunikasi jika ada partisipasi antara kedua belah pihak yaitu penyuluh dan petani. Penyuluh harus meningkatkan kemampuan dalam memberlakukan pesan sekreatif mungkin tanpa menghilangkan makna. Diharapkan pesan yang disampaikan tersebut dapat diterima oleh petani, dan keduanya memiliki makna yang sama sehingga petani sebagai subjek penyuluhan akan menerapkan isi pesan dalam kehidupannya.
terima kasih bapak hantoro tapari atas ilmunya :)
sumber dari http://setbakorluh.jatengprov.go.id/pertanian/190-komunikasi_efektif_penyuluhan.html
0 komentar:
Posting Komentar