Jember merupakan salah satu penghasil jeruk yang khas di Indonesia,
yaitu “Jeruk Semboro”. Rasa manis dan segar mampu memanjakan penggemar
dan peminat buah jeruk hingga dapat membuat lidah penikmat jeruk
ketagihan. Salah satu petani yang membudidayakan jeruk Semboro adalah
H. Mukojien. Awal tahun 1998, terjadi serangan virus CVPD terhadap
tanaman jeruk Semboro, sehingga membuat petani di Desa Semboro
kehilangan tanaman jeruknya. Rasa penasaran dan ingin mencoba-coba untuk
budidaya tanaman jeruk, membuat Mukojien serius dan menekuni budidaya
jeruk Semboro. Berawal dari 200 bibit yang dibelinya dengan harga Rp
2.000 per bibit, Mukojien membudidayakan jeruk Semboro.
Sifat tanaman jeruk yang relatif cepat berbuah, produksi dan
produktivitas yang cukup tinggi, daya adaptasi yang luas, serapan pasar
yang cukup tinggi serta dukungan informasi dan teknologi perjerukan yang
lebih maju merupakan beberapa pertimbangan Mukojien untuk memilih jeruk
sebagai tanaman yang diusahakan. Jeruk Semboro milik Mukojien tumbuh
berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya
tanaman ini tidak berduri. Batangnya bulat atau setengah bulat dan
memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk sangat rindang. Dahannya
kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daunnya berbentuk bulat
telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung
meruncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua
mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan
lebar 1,5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa
dikatakan tidak bersayap.
Perawatan jeruk Semboro yang dilakukan Mukojien dengan menggunakan pupuk
Za, Phonska, KCL, serta membongkarnya dalam waktu 10 tahun sekali, hal
ini dikarenakan peremajaan dapat menghindari serangan penyakit CVPD yang
pernah menyerang jeruk Semboro di Desa Semboro hingga rusak
keseluruhan. Proses panen yang dilakukan Mukojien dengan cara pemotongan
dengan menggunakan pisau atau gunting, karena apabila menggunakan
tangan dapat menyebabkan sobekan kulit buah tertinggal. Untuk
mendapatkan buah dengan rasa manis, Mukojien memetiknya atau memanennya
belakangan. Mendapatkan kualitas jeruk yang terbaik menurut Mukojien
tidaklah mudah, karena kulit jeruk yang memiliki tekstur yang lembut dan
mudah mengelupas, sehingga disarankan berhati-hati dalam proses
pascapanennya. Jeruk semboro dipanen dan dipilah-pilah menurut ukuran
dan kualitas dari warna serta kulit buah jeruk Semboro.
Pemasaran jeruk Semboro yang dilakukan oleh Mukojien melalui tengkulak
yang telah memesan sejak buah belum masak. Tengkulak membeli jeruk
Semboro dari Mukojien dengan harga Rp 2000 per kg, sedangkan Mukojien
juga menjual langsung pada konsumen dengan harga Rp 3.000 per kg, untuk
buah besar Rp 5.000 per kg jika tidak musim jeruk Semboro. Jeruk
Semboro ternyata bukan hanya memiliki citarasa yang khas, tetapi juga
memiliki suatu kebiasaan yang aneh yaitu apabila di tahun ini panen
sangat berlimpah, maka dapat diprediksi di tahun selanjutnya hasil
panen akan turun sekitar 2 kali lipat dari tahun sebelumnya, sampai saat
ini masih belum diketahui sebabnya” ujar Mukojien. (Rizki S.)
--Lukis Rizal/201310210311115--
Sumber : http://sidomulyosemboro.blogspot.co.id/2013/07/raja-jeruk-jember-semboro.html
0 komentar:
Posting Komentar