=]

Rabu, 11 Mei 2016

“SIRAMIN” Alat Penyiram Tanaman Otomatis Di Udang Ke Kantor Google Indonesia





 










Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat luas, tapi kenapa masih mengimpor beras?
Permasalahan tersebut dan juga keinginan yang kuat untuk membantu para petani, membuat tiga mahasiswa ini menciptakan sebuah sistem yang membantu para petani.
Tak disangka, sebuah sistem penyiram tanaman cerdas yang diberi nama Siramin tersebut, berhasil membuat mereka diundang ke Kantor Google Indonesia.
Nantinya bumi ini akan dipenuhi dengan manusia dengan jumlah yang berkali-kali lipat banyaknya. Mereka semua butuh makan dan dari sana produksi pangan harus lebih ditingkatkan.
Pemikiran tersebut yang diucapkan Andreas Gandhi Hendra Pratama. Seorang pemuda perancang sistem penyiram tanaman cerdas yang diperuntukkan para petani, Siramin.
Tak hanya sendiri ketika Tribun Jogja berkunjung ke tempat ia menimba ilmu, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM, hadir juga dua penggagas Siramin yang lain, yakni Raditya Chandra Buana (CTO Siramin) dan juga Hamdan Prakoso (COO Siramin), Sabtu (12/12).
"Kami melakukan pengamatan jika 50 hingga 70 persen petani pergi ke ladang untuk menyiram tanaman mereka. Kami berpikir untuk membantu mereka dengan membuat sistem penyiraman yang bisa mereka gunakan di rumah dan tidak harus datang ke ladang," jelas Gandhi.
Chandra, yang berkutat mengurus teknis kerja Siramin menjelaskan lebih rinci cara kerja sistem tersebut. Siramin memiliki sebuah perangkat, nantinya sensor dari lahan akan dikirim ke cloud server.
Di sana data diolah sehingga menghasilkan sebuah informasi pemberitahuan yang siap dikirim ke petani.
"Ada tiga jenis server yang kami gunakan. Ada website, mobile application, dan juga SMS. Carayang paling sederhana dan mudah diterapkan untuk petani Indonesia saat ini adalah dengan sistem SMS," terangnya kepada Tribun Jogja sembari menunjukkan contoh SMS pemberitahuan tersebut.
Pemberitahuan tersebut membuat petani tahu kondisi lahannya sedang kering dan rekomendasi untuk melakukan penyiraman lahan dengan frekuensi tertentu.
Ketiga mahasiswa tersebut beserta tujuh rekan lain yang tergabung dalam tim Siramin merancang tiga mode, mulai otomasi, scheduling, dan juga semi otomasi.
"Kalau air di area lahan tersebut berlimpah, bisa menggunakan mode otomasi. Mode scheduling digunakan untuk mengatur intensitas dan waktu penyiraman yang diinginkan petani, namun menurut pengamatan kami rata-rata lahan disiram dua kali sehari. Sementara mode semi otomasi digunakan jika ketersediaan air di area tersebut tipis, sehingga butuh persetujuan petani untuk mengaktifkan sistem penyiraman di lahan," beber Chandra.
Gandhi menegaskan jika Siramin bukan alat, melainkan sistem. jadi yang dipasang di tengah lahan adalah pompa air biasa yang memiliki katup.
Ketika Siramin diaktifkan, maka katup tersebut yang akan terbuka secara otomatis dan menyiram lahan dengan radius tertentu.
"Setiap lahan membutuhkan pengaturan yang berbeda. Oleh karena itu, untuk saat ini kami harus datang terlebih dahulu ke lahan untuk melakukan tinjauan langsung. Semacam konsultasi sistem pengairan dengan petani yang terkait. Dari sana kita bisa menerapkan Siraman dan mode apa yang tepat untuk lahan petani," imbuh Gandhi.
Siramin juga berhasil mencuri perhatian expert dunia yang ternyata menanggapi dengan positif rancangan mereka tersebut.
Sebut saja Erica Hanson selaku Developer Relation Program Manager Southeast Asia at Google, Jason Titus selaku Vice President Developer Products Group at Google, dan Greg Pearson selaku SVP GM Sales and Marketing Group Intel Corporation.
"Saat itu kami mengikuti pameran Google Hack Fair 2015. Hari pertam akami menjadi start up terfavorit versi pengunjung. Namun hari kedua kami gagal. tapi itu tidak membuat kami sedih, karena dari tiga puluh peserta, kami merupakan satu dari empat peserta terpilih yang diundang untuk berkunjung ke Kantor Google Indonesia," beber Hamdan dengan wajah berbinar. (tribunjogja.com)

0 komentar:

Posting Komentar